Pulau Mendanau ternyata menyimpan sebuah bangunan heritage peninggalan sejarah zaman penjajahan Belanda. Sebuah mercusuar putih bertuliskan ZM Willem III tahun 1883 tegak berdiri di wilayah Desa Suak Gual, Kecamatan Selat Nasik. Secara fisik bentuk dari mercusuar sembilan lantai itu mirip dengan mercusuar yang berada di Pulau Lengkuas dan Pulau Sumedang. Namun tahun pembuatannya sedikit lebih muda dan lebih rendah dibandingkan dua mercusuar tersebut.
Panorama hamparan air laut yang biru di jalur ALKI I dan Pulau Piling menjadi daya tarik pemandangan dari mercusuar yang berada di tepi laut itu.
“Memang kalau mercusuar Tanjung Lancur ini belum begitu terekspos, makanya tidak begitu banyak yang tahu,” ujar Ketua Pokdarwis Pagal Piling, Desa Suak.
Kondisi jalan setapak berkelok dan berbatu menjadi kendala bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke sana. Namun kondisi itu menjadi daya tarik dan tantangan. Pokdarwis Pagal Piling saat ini berupaya menarik minat wisatawan ke mercusuar Tanjung Lancur.
Pihaknya telah mengemas sebuah paket wisata dari jalur laut untuk menuju lokasi tersebut. Cukup biaya Rp 350 per paket per hari, minimal delapan orang sudah bisa berkunjung ke mercusuar.
“Paket itu sudah termasuk mulai biaya kapal meeting poin di Pegantungan, transportasi, makan siang, welcome drink dan coffe break. Waktunya dari pukul 07.00 sampai 16.30 WIB,” jelas Suherman.
Ia mengakui sejak musim buah durian tiba, Pulau Mendanau mulai dilirik dari masyarakat. Meskipun bersifat lokal, namun permintaan kunjungan ke beberapa destinasi mulai bermunculan.
“Alhamdulillah sekarang cukup ramai, hampir tiap hari orang karena musim durian. Jadi sekalian mereka juga berkunjung ke lokasi wisata di sini,” katanya.
Komunitas sepeda Belitung bernama B’Kerite sempat mengekslpore area mercusuar Tanjung Lancur. Sekitar 15 para penyuka olahraga sepeda menyusuri jalan menanjak sepanjang tujuh kilometer itu. Sesekali mereka berhenti sembari berinteraksi dengan warga setempat yang berkebun di tepi jalan setapak sembari menikmati buah durian.
“Kami mencoba mengangkat potensi wisata Pulau Mendanau ini salah satunya mercusuar Tanjung Lancur. Pada intinya Pulau Mendanau tidaj kalah dengan daerah wisata lainnya di Belitung,” ujar Ketua B’Kerite, KA Azhami.
Menurut pria yang akrab disapa Zami itu, banyak orang yang enggan berkunjung ke Pulau Mendanau karena waspada dengan kondisi gelombang. Namun ia membantah informasi tersebut. Hal ini dikarenakan waktu tempuh dari Pegantungan menuju dermaga Petaling hanya sekitar 30 menit dan kondisi gelombang cukup tenang.
“Gelombangnya aman kok, pokoknya rugi kalau belum berkunjung ke sana. Apalagi sekarang tengah musim durian,” katanya.