Cerita seorang NELWIN ALDRIANSYAH. Menikmati keindahan Pulau Belitung. Mengeksplorasi tempat-tempat wisata dan kearifan warga asli Belitong.
Pulau Belitung di masa lalu hanya dikenal sebagai penghasil timah, bersama pulau tetangganya, Bangka. Sejak jaman Belanda di tahun 1800an, potensi timah Belitung terus di eksploitasi sampai saat ini. Sampai awal tahun 2000 an, tidak banyak pelaku industri wisata yang menjadikan Belitung sebagai destinasi wisata unggulan.
Namun sejak tahun 2009, popularitas pulau Belitung sebagai tujuan wisata melesat cepat. Setelah film Laskar Pelangi beredar, industri pariwisata Belitung mengalami booming. Film garapan Mira Lesmana dan Riri Riza yang di angkat dari novel laris karya Andrea Hirata ini mampu menangkap keindahan pulau Belitung dengan berbagai pesonanya, membuat banyak penonton film ini merasa penasaran ingin datang ke Belitung untuk melihat sendiri kecantikan bumi laskar pelangi ini.
Bagi banyak warga Belitung, Andrea Hirata dianggap pahlawan pariwisata, yang mampu mengangkat potensi wisata pulau Belitung dan mengubah nasib banyak warga Belitung menjadi lebih baik. Warga Belitung juga sangat bangga memiliki Basuki Tjahja Purnama, yang pernah menjadi gubernur DKI Jakarta. Kedua tokoh ini diabadikan dalam beberapa lokasi wisata di Belitung Timur.
Leebong Belitung, Pulau Indah yang Serasa Milik Pribadi
Bersama rombongan dari FEB Trisakti tempat istri saya mengajar, saya berkesempatan berkunjung ke Belitung. Dari Jakarta saat ini ada beberapa penerbangan langsung ke Tanjung Pandan, ibu kota kabupaten Belitung, antara lain Garuda, Sriwijaya Air dan Citilink. Penerbangan dari Jakarta ke Tanjung Pandan ditempuh selama sekitar 50 menit.
Kami sampai di Belitung sekitar pukul 7.20 pagi, dan setelah proses pengambilan bagasi, kami menuju bus rombongan. Di Belitung ini angkutan umum masih minim, tidak ada bus kota dan angkot. Perusahaan taksi sudah ada beberapa, namun armadanya masih sangat sedikit. Jika anda tidak ikut rombongan, disarankan memggunakan mobil sewaan agar lebih efisien. Dari bandara, tujuan pertama kami adalah kedai kopi Kong Djie, untuk sarapan mie Belitung yang disajikan diatas daun simpur. Mie tebal ini disiram kuah kaldu udang, porsinya yang kecil cocok untuk menu sarapan.
Dari sana kami melanjutkan perjalanan ke kantor dinas pariwisata Belitung Timur, untuk melihat sejarah Belitung, dan juga melihat mini zoo yang dihuni satwa yang banyak terdapat di Belitung, antara lain buaya, penyu dan kera mini bermata besar, tarsius.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke kuil dewi kwan im, yang merupakan vihara buddha terbesar di pulau Belitung. Kompleks vihara ini sudah cukup lama ada, namun patung dewi kwan im nya relatif baru dibangun dan saat saya disana masih dalam penyelesaian pembangunan.
Kami melanjutkan perjalanan ke kawasan danau air asin, untuk makan siang di salah satu restoran yang ada di tepi danau. Danau ini awalnya merupakan bekas lubang galian tambang timah yang telah di eksploitasi puluhan tahun lalu. Karena tidak di reklamasi, bekas galian lama kelamaan terisi rembesan air laut yang jaraknya tidak jauh. Jadi danau ini cukup unik, ada di di tengah daratan, namun airnya asin seperti layaknya air laut, biota yang ada di danau ini juga merupakan biota laut. Makan di resto Fega ini asik pemandangannya, meskipun rasa makanannya biasa saja.
Setelah makan siang, wisata kami lanjut ke Musium Kata. Ini adalah musium pribadi yang di bangun oleh Andrea Hirata. Untuk masuk musium ini pengunjung wajib membeli salah satu novel karangan Andrea Hirata dengan harga Rp 50ribu. Isi musium ini berbagai properti film laskar pelangi dan berbagai karya sastra yang menjadi inspirasi Andrea Hirata serta tentunya karya dia sendiri, termasuk berbagai edisi laskar pelangi dalam beberapa bahasa. Bagi warga sekitar, musium ini menyediakan taman bacaan.
Kami kemudian menuju kampung Ahok, sebuah rumah tradisional Belitung yang memuat banyak memorabilia Ahok. Kampung Ahok ini lokasinya berhadapan dengan rumah megah tempat tinggal ayahanda Ahok. Kini rumah tersebut juga digunakan sebagai galeri batik Simpur.
Tujuan selanjutnya lokasi ‘SD Muhammadiyah Gantong’. Namanya diberi tanda kutip karena SD Muhammadiyah Gantong saat ini sudah tidak ada, karena telah dijadikan SD Negeri. Bangunan yang kini jadi obyek wisata utama di Belitung ini sejatinya adalah set fim. Bangunan kayu ini dibuat untuk shooting film Laskar Pelangi. Saat film ini meledak, set film ini kemudian di lestarikan dan menjadi salah satu magnet wisata di Belitung. Setelah hari gelap kami menuju kota Tanjung Pandan untuk makan malam di restoran Dynasty. Menunya chinese seafood yang enak banget. Setelah makan malam, kami le hotel Central City 2 untuk beristirahat.
Kamis 27 Juli, setelah sarapan di hotel, kami menuju pantai Tanjung Kelayang. Di lokasi ini terdapat signboard welcome to Belitong dan signboard Tanjung Kelayang. Di sekitar pantai ini juga banyak restoran sekaligus operator perahu untuk berkunjung ke berbagai pulau di sekitar pantai barat Belitung. Umumnya perahu wisata ini berkapasitas 15 orang.
Perahu sewaan kami berangkat sekitar pukul 9.30, tujuan pertama adalah pulau Burong. Menurut warga setempat bentuk batu-batuan di pulau itu seperti burung garuda. Namun karena kawasan pantainya dipenuhi batu tajam, perahu tidak bisa merapat dan wisatawan hanya mengambil foto dari atas perahu.
Perhentian selanjutnya adalah pulau Batu Berlayar. Pulau kecil ini memiliki pantai pasir yang landai, sehingga perahu bisa merapat. Di tengah pulau ini berserakan batu-batu besar yang jika dilihat dari kejauhan bentuknya seperti layar perahu. Sebagian batu disini bisa dipanjat, namun tetap harus hati-hati karena di bagian bawah banyak kerang-kerang yang cukup tajam, bisa melukai kaki jika terinjak.
Berikutnya kami menuju Gusong Pasir. Ini adalah pulau pasir kecil yang hanya muncul di pagi hari saat air laut surut. Di sekeliling gusong pasir ini, kedalaman air laut hanya sekitar 30-60 cm, sangat aman dan menyenangkan untuk bermain air, selama tidak melewati batas Gusong yang berwarna biru gelap. Setelah jam 1 siang, kawasan Gusong Pasir ini akan terendam air laut seluruhnya.
Sekitar jam 12 siang, kami menuju Pulau Gede Kepayang untuk makan siang. Menunya seafood khas Belitung, sup kepala ikan, sate udang, ikan kudu bakar dan cumi goreng. Enak bener menikmati hidangan laut segar di siang terik ini 😀. Pulau Gede Kepayang ini juga merupakan tempat penyu bertelur, di malam hari sering ada penyu yang bertelur di pulau ini. Warga setempat melindungi telur-telur ini untuk ditetaskan menjadi tukik di penangkaran. Jika sudah cukup umur, tukik-tukik ini dilepaskan kembali ke lautan.
Setelah makan siang kami lanjut ke pulau Langkuas. Di pulau ini terdapat mercusuar yang memandu kapal-kapal berlayar di perairan Belitung. Di tepian pulau ini juga banyak batu-batu raksasa yang menarik untuk di jelajahi. Saat kami disana ada sesi pemotretan pre-wedding. Lepas pantai pulau Langkuas juga terdapat taman laut. Kami snorkeling di lepas pantai pulau Langkuas ini, menikmati panorama bawah laut yang cantik. Sayang ikan-ikan yang ada di sekitar taman laut ini kurang berwarna warni. Sekitar satu jam kami snorkeling disini. Cape tapi seru.
Sore harinya sekitar jam 4 kami kembali ke pantai tanjung kelayang, untuk sekedar berbilas, dan kemudian kembali ke hotel untuk istirahat sejenak sebelum makan malam. Jam 7.30 malam, kami menuju restoran Belitong Timpo Dulu. Restoran ini memyajikan set menu Dulang khas belitung. Restoran antik ini bergaya tradisional dengan interior bernuansa tahun 50an. Set menu dulang berisi sup ikan, ayam semur nanas, otak-otak tahu, semacam karedok dan lalapan. Rasanya cukup enak, tapi kebanyakan pengunjung sepertinya lebih mencari nuansanya daripada kulinernya, terlihat dari banyaknya sisa lauk di atas meja 😀
Jumat 28 Juli, hari terakhir kami di Belitung. Jam 8.30 pagi kami meninggalkan hotel menuju pantai Tanjung Panjang. Ini adalah pantai paling populer di pulau Belitung. Pantai ini juga menjadi lokasi utama shooting film Laskar Pelangi. Batu-batuan raksasa mengelilingi kawasan pantai ini, membuat air lautnya sangat tenang nyaris tak berombak, karena ombaknya sudah tertahan sisi luar bebatuan. Batu-batu disini ukurannya adalah yang paling besar di sekitar Belitung. Banyak batu yang tingginya lebih dari 15 meter.
Dari pantai Tanjung Panjang kami kembali ke hotel untuk checkout, kemudian sholat Jumat. Setelah itu kami menuju Danau Kaolin, danau yang terbentuk dari lubamg penambangan Kaolin. Danau ini berwarna putih karena dasar dan dinding danau nya banyak mengandung Kaolin, bahan yang banyak digunakan untuk kosmetik.
Setelah makan siang, kami di antar menuju bandara untuk bersiap kembali ke Jakarta. Belitung memang cantik dan memiliki banyak obyek wisata yang menarik. Tak heran jika Kementrian Pariwisata menetapkan Belitung sebagai salah satu dari 10 tujuan wisata unggulan baru Indonesia.