LIMA ratusan warga menyemut menyaksikan tradisi ritual Buang Jong yang digelar di perkampungan Suku Sawang, Desa Selinsing, Kecamatan Gantung, Belitung Timur (Beltim.
Seperti tahun lalu, tradisi yang bermakna memohon keselematan melaut ini digelar di lapangan terbuka berpasir.
Tua, muda, anak-anak, laki-laki-perempuan menyaksikan ritual tradisi budaya ini.
Berbagai ritual, seperti Ritual Pulau Taun, Naik Jitun, Mancing, Numbak Duyong, Main Ancak, dan Tari Sampan Geleng. Dari prosesi itu sebagiannya menggambarkan aktivitas melaut Suku Sawang dan cara mereka berkomunikasi dengan leluhur.
Buang Jong adalah ritual adat tradisi turun temurun yang dilaksanakan Suku Sawang. Bentuk kearifan lokal itu guna menghormati leluhur dan keluarga yang telah mendahului, serta memohon keselamatan dan kesejahteraan saat melaut.
Sejak 2016, ritual Buang Jong Suku Sawang juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Wakil Bupati Belitung Timur Burhanudin (Aan) yang hadir mewakili Bupati Beltim Yuslih Ihza, mengajak masyarakat Belitong turut terlibat melestarikan budaya masing-masing. Harapannya agar menambah khazanah kekayaan budaya guna menunjang sektor pariwisata.
“Untuk kelestarian Buang Jong Suku Sawang, mudah-mudahan ritual budaya ini dapat menjadi contoh sehingga anak-anak muda suku sawang mau terus menari, mau menampilkan dan mewariskan budaya Suku Sawang. Di luar Suku Laut, khususnya masyarakt Belitong, mari lestarikan budaya kita sebagai upaya memajukan pariwisata Beltim,” tutur Aan.
Aan juga mengatakan, sebagai pentas budaya, pengemasan tradisi Buang Jong sebagai bagian dari pariwisata diharapkan dapat terus diperbaiki, sehingga menjadi tontonan atraksi budaya yang lebih menarik bagi wisatawan.
“Tiap suku di setiap daerah lain di Indonesia pasti punya ciri khas, corak tersendiri dalam menyampaikan rasa syukur mereka. Pengemasannya perlu dievaluasi terus menerus oleh Disbudpar Beltim,” ucap Aan.
Senada, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Beltim Helly Tjandra menyampaikan, Buang Jong sebagai atraksi seni budaya ataupun keberadaan Suku Sawang itu sendiri harus terus dilestarikan. Disbudpar, akan berupaya melestarikannya, termasuk mengembangkan sebagai bagian dari kekayaan budaya guna menunjang pariwisata Beltim.
“Memang cita-cita kami, nanti bisa ada sebuah perkampungan seperti halnya Suku Sasak yang ada di Lombok,” kata Helly.
Dia juga berharap, selain untuk melestarikan Kebudayan Suku Sawang, Buang Jong yang digelar rutin tiap tahun dapat dijadikan berkah bagi Suku Sawang menghadapi musim-musim melaut. “Kami harapkan nelayan selamat dan hasil panen pada tahun ini menjadi lebih baik,” ucap Helly.
Selain Wabup Aan, hadir juga dalam acara ini Sekda Beltim Ikhwan Fahrozi, Wakapolres Beltim Kompol Joko Triyono, para jajaran pejabat perwakilan FKPD Beltim, Ketua ASPPI Babel Agus Pahlevi dan jajarannya, Pemdes Selinsing dan Pemerintah Kecamatan Gantung, serta sejumlah tamu undangan dan ratusan warga.
Selain acara pada Sabtu malam, pada Minggu paginya, rangkaan acara berlanjut berupa melarung Jong (replika perahu yang dihias) ke perairan Gusong Cine, Kecamatan Gantung.