Beragam wisata bisa dinikmati di Belitung, mulai dari melihat indahnya alam, menengok lokasi syuting Laskar Pelangi, hingga menikmati mie atep yang sedap.
Kami menginjakkan kaki pertama kali di tanah Belitung ketika tiba di Bandara H.A.S Hanandjoeddin saat malam hari. Bersama 7 teman lainnya, kami beranjak membawa semua perbekalan menuju tempat penginapan yang beralokasikan di Tanjung Pandan. Jaraknya tidak dekat dari bandara, sangat disarankan untuk menyewa mobil yang bisa mengantarkan langsung dari bandara.
Sepanjang perjalanan menuju penginapan, kami semua berpikir, “jalan ini kok sepi sekali”. Di pinggir jalan pun hanya terlihat beberapa rumah, bahkan minimarket yang biasa sering dilihat di kota juga tidak terlihat.
Sangat damai untuk kami yang biasa bekerja kantoran dan menghadapi bosannya kemacetan di sepanjang perjalanan. Malam-malam yang dingin begini memang nikmat kalau sudah meneguk pahitnya kopi yang disatukan dengan manisnya susu, kalian harus coba kopinya Kongdjie Coffee, selain kopi juga tentunya ada minuman lain, seperti teh susu dan variasi minuman jeruk.
Letihnya badan ini yang sudah terbang menyeberangi lautan harus dibayar dengan nyamannya kasur penginapan. Selain itu, kami juga tahu hari esok akan jadi petualangan yang hebat, makanya kami memilih untuk tidur lebih awal.
Untuk penginapan kami memilih di Holiday Guesthouse, tempatnya nyaman banget, apalagi di seberang penginapan, kami bisa langsung melihat luasnya lautan. Untuk kalian yang ingin booking di sini, langsung saja kontak di penginapannya, khawatir kalau booking menggunakan market place tidak akan terekam di sistem penginapannya.
Hari pertama yang cerah memulai petualangan di Pulau Laskar Pelangi. Sudah tidak perlu ditanyakan lagi ke mana tujuan kami yang pertama, yang pasti menyeberangi pulau. Untuk menyeberangi pulau, kami menuju pantai Tanjung Kelayang untuk menyewa perahu nelayan. Harga sewanya kurang lebih sebesar Rp 400 ribu.
Sepanjang perahu ini mengarungi lautan, tidak pernah lelah mata ini melihat pemandangan yang begitu luar biasanya. Biru dan jernih sekali air laut itu, sehingga begitu jelasnya pantulan cahaya matahari, serta bebatuan berdiri begitu tegak di tengah lautan.
Tidak terasa, akhirnya kami sampai di kunjungan pulau pertama, yaitu Pulau Lengkuas, kalian akan menyadarinya kalau pulau ini yang selalu menjadi ikon iklan untuk berlibur di Belitung. Suasana yang begitu panas membuat kami ingin menyebur ke lautan, dan itu bukan sebuah harapan, kami memang menyebur di dekat Pulau Lengkuas untuk snorkeling melihat ikan-ikan.
Sayangnya, arus laut yang besar membuat saya mabuk laut dan harus menahan ini sampai teman-teman yang lain sudah merasa cukup bermain air. Sangat disarankan membawa obat anti mabuk saat berkendara di daratan apalagi di lautan.
Tidak lama kemudian, menuju ke pulau selanjutnya, yaitu Pulau Garuda, letaknya tidak cukup dekat dari Pulau Lengkuas. Di Pulau Garuda ada Goa Kelayang. Jangan berpikir goa ini adalah goa yang kering penuh bebatuan karena goa ini berada di tepi laut. Tentunya goa ini harus dilalui dengan kaki yang basah dengan air laut.
Di sini juga kami bisa melepaskan beberapa penyu yang katanya sih dilatih terlebih dahulu oleh orang yang menjaganya. Tidak gratis, untuk melepas penyu kecil (tukik) harus membayar sebesar Rp 10 ribu dan Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu untuk ukuran yang sedang. Konon, penyu bisa bertelur lebih dari 100 buah dan akan bertelur di tempat di mana mereka pernah dilahirkan oleh induk sebelumnya. Namun, keberhasilan penyu dapat bertahan hidup di lautan tidak besar. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat harus menjaga kelestarian alam di Indonesia. Jangan merusak, ya.
Setelah berpetualang di berbagai pulau, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan untuk bersih-bersih dan kembali bersiap ke tempat selanjutnya untuk menjemput senja, yaitu di pantai Tanjung Kelayang.
Sesampainya di Pantai Tanjung Kelayang, sebenarnya kami terbiasa melihat suasana seperti ini di kota kami, banyak penjual di sekitaran pantai dan beberapa wisatawan lokal yang datang ke sini. Namun, jangan samakan pemandangan di sini loh, tidak ada duanya deh.
Matahari pun sudah bersembunyi, menandakan langit sudah gelap dan bintang-bintang bermunculan di langit. Pencarian makan malam kami telusuri di Kota Belitung, di sana kami makan khas dari tempat ini, apalagi selain mie atep khas Belitung.
Mie di sini enak, berasa banget rempah-rempahnya dan masih hangat pas banget untuk disantap saat makan malam. Tempat makan ini tutup pukul 20.00 WIB ya, jadi kalian harus pastiin menuju ke sini tepat setelah waktu maghrib untuk hidangan makan malam.
Akhirnya, sudah di ujung dari hari-hari berpetualang di pulau Belitung. Tujuan di hari terakhir tentunya dijadikan sebagai city tour, tempat pertama adalah sekolah Laskar Pelangi yang dijadikan sebagai tempat syuting di film Laskar Pelangi.
Di daerah yang sama juga ada Rumah Keong tepat di seberang sekolah Laskar Pelangi dan Museum Kata yang dibangun oleh Andrea Hirata penulis dari buku Laskar Pelangi. Sesampainya di sekolah Laskar Pelangi, awalnya kami memang merasa heran kenapa ini tidak seperti yang ada di film.
Sesaat setelah bertanya pada penjual di dekat sana, memang sekolahnya sudah sedikit direnovasi (dicat), sehingga terlihat berbeda dan murid-murid yang bersekolahpun sudah dipindahkan ke tempat lain yang tidak jauh dari sana.
Setelah dari sekolah tersebut, kami menuju ke Museum Kata Andrea Hirata. Di sana kami harus membayar sebesar Rp 50 ribu sebagai biaya masuk.
Danau Kaolin yang merupakan danau buatan menjadi tempat wisata yang terakhir dari petualangan ini. Jangan salah loh, meskipun hanya danau buatan di sini juga banyak wisatawannya. Kami tidak memutuskan untuk ke Rumah Keong karena waktu sudah menunjukkan makan siang, sedangkan kami sudah harus siap-siap untuk kembali pulang.
Sayang rasanya kalau sudah berwisata tetapi tidak membawa buah tangan untuk orang yang sudah menunggu di rumah. Buah tangan yang bisa kalian bawa itu ada kepiting isi, risoles isi kepiting, dan berbagai macam olahan kepiting lainnya. Selain itu, di tempat yang lain kalian juga bisa membawa kerupuk ikan asli Belitung, ya dari segi rasa memang tidak jauh beda dari kerupuk ikan lainnya. Kalian bisa beli di Klapa, tempat pusat oleh-oleh Belitung, dan jangan lupa juga di sini menjual souvenir khas Belitung loh.
Sesampainya di penginapan, kami beres-beres bawaan dan oleh-oleh untuk dibawa menuju ke bandara. Sudah waktunya untuk kami kembali ke Pulau Jawa, terbang menuju Bandara Soekarno-Hatta. Ini akan mejadi perjalanan yang paling tidak bisa dilupakan, bahkan setelah satu minggu berlalu pun kami belum bisa melupakan pemandangan dan isi ceritanya. Terima kasih Belitung.